Cari Kata Kunci Di Blog Ini

Senin, 11 November 2019

11-11-11

Ini kisah perjalanan saya dan seorang wanita yg  menunggu dan menemani sy hingga sy datang untuk menghalalkannya. Sy kenal dengannya tepat 8 thn silam saat masih kuliah, diawali perkenalan singkat berlanjut ke pertemanan dan pacaran kemudian akhirnya sekarang menjadi pendamping hidup. 

Kami berdua asli keturunan Sulawesi tapi dia dan keluarganya telah lama menetap di tanah papua. Awal cerita semua sesuai ekspektasi, sampai kami dihadapkan dengan alur cerita hidup yang naik turun. Semasa kuliah kami sempat berhayal dan bertanya-tanya bagaimana nanti setelah selesai kuliah ? Apakah hubungan ini sampai disitu sja ? Apakah sy harus terus berjuang ? Apakah dia mampu menunggu sy ? Apakah dia akan jd jodohku ? Atau Apakah dia adalah jodoh orang lain yg dititipkan ke sy untuk dijaga sementara ? 

Pertanyaan ini terus terniang mengingat banyak hal yg bisa menjadi faktor penghalang, salah satunya yg paling berat adalah JARAK. Iyya JARAK, disemester akhir kuliah kami menyadari resiko yg harus dihadapi untuk memperjuangkan hubungan ini, JARAK yg memisahkan kami lumayan jauh (Provinsi Sulawesi Selatan-Provinsi Papua). Akhirnya sampailah kami dititik yg mengharuskan kami mnjalani LDR, LDR tidak semudah yg kami bayangkan apalagi menghadapi kenyataan entah kapan bisa bertemu kembali. Beberapa bulan mnjalani LDR terasa lumayan berat dan mulailah pertanyaan selanjutnya bermunculan, sampai kapan akan menjalani LDRan ? Masihkah dia setia menunggu sy ? Masihkah sy harus bertahan ? Apakah perjuanganku tidak akan sia-sia ? Jalan kami akan seperti apa untuk mencapai titik dimana sy bisa menghalalkannya ? Dan semua ini semakin diberatkan oleh kenyataan dimana selesai kuliah harus menjadi pengangguran dan tak berpenghasilan. 

LDR butuh pengorbanan, yaaa seperti kalian tau LDR tak semudah yg dibayangkan. Akhirnya kejenuhan itu datang dan dia mulai mendorong dan menuntut sy untuk mulai mempersiapkan segala sesuatunya jikalau memang serius ingin menjadikannya pendamping hidup, tapi apalah daya sy masih dalam pusaran pengangguran setelah menjalani pendidikan. Pikirku apa yg harus kumulai kalau seperti ini ? akhirnya kuputuskan untuk MERANTAU dan mencoba peruntungan hidup di tanah Gorontalo. Iyyaaa, dan semakin jauhlah jarak yg kami hadapi. Hubungan kami bukannya tidak memiliki pasang surut, tapi cukuplah kami yg tau seperti apa beratnya. Sekarang bukan lagi JARAK yg menjadi penghalang  tapi ditambah lagi dengan WAKTU dan KESEMPATAN. Yaaa, betul akhirnya kami mulai sibuk dengan dunia kerja masing-masing yg menjadikan kami harus menghadapi kenyataan kesempatan untuk berkomunikasi yg semakin minim. Bisa kalian bayangkan efeknya seperti apa. 

Mulailah muncul sosok calon pengganti yg tak kalah tangguhnya dimatanya, apalagi ditambah belum adanya kejelasan dari saya untuk kelanjutan hubungan kami seperti apa. Perlahan sy mulai merasa ingin melepas, merelakan dan ingin mengikhlaskannya dengan orang lain jikalau ada yg bersedia memberinya kejelasan dengan brfikir dia pasti akan bahagia kok. Dengan sikap seperti ini sy berfikiran dia akan bahagia krna akan ada yg memberinya kejelasan, pikirku pula ujian LDR ini akan mengendor tpi sy tau betul resiko yg harus sy hadapi. Iyya resiko untuk ditinggal nikah, menjadi mantan dan belum tentu bisa cepat move on dari dia. Ternyata sikapku ini smakin menjadi pemicu masalah bagi hubungan kami, dia mulai ragu dan memicu keretakan hubungan kami. 

Saat dia sekali lg meminta jawabanku mengenai keseriusanku, sy hanya bisa menjawab sy tetap brusaha untuk mnghalalkanmu tp sy tidak tau bagaimna jadinya kalau ada sosok yg lebih cpat datang untuk menghalalkanmu. Tapi dalam hati sy muncul gejolak prtanyaan, Apakah yakin melepaskannya ? Apakah bisa ikhlas ? Atau hanya ingin berhenti berjuang ? Jawaban hati saya saat itu tetap menjawab TIDAK BISA. Saat itulah sy mulai memperbaiki smuanya, mulai dri cara berfikirku, sikapku dan keyakinanku. Tpi kuncinya kuyakinkan diri sendiri untuk semakin memantapkan niatku menghalalkannya. 

Kumulai dengan  menyampaikan ke orang tuaku mengenai niatku, kemudian kuyakinkan dia dan memberanikan diri menelfon orang tuanya untuk meminta izinnya. Yaahh, bagi sy ini merupakan kenekatan yg positif. Kurang lebih 1 tahun sy mncari jalan dan rejeki d tanah rantau untk mnghalalkannya. Tpi toh hasilnya ttap nihil, pikirku semakin berat sja jalan yg kulalui. Tahun brikutnya niatku untuk menghalalkannya semakin kupermantap tpi yg kurasakan jalannya smakin berbatu, terjal dan berliku. Ternyata Allah SWT sedang menguji niatku untuk beribadah kepadanya, sampai suatu saat dimana sy kmbali putus asa karena mrasa tak ada jalan lain. 

Tapi dibalik keputus asaanku sy tetap berusaha untuk mendapatkan kesempatan dan rejeki yg lebih baik. Akhirnya diujung tahun ke-2 usahaku menghalalkannya sy mendapat kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yg lebih baik namum harus mengorbankan pekerjaan baik yg smntara sy jalani. Dengan niat ingin menghalalkannya akhirnya rejeki itu mulai terbuka, hal yg tadinya menurutku mustahil akhirnya menampakkan jalannya. Saya mulai sesuatu yg baru dan kembali meyakinkannya kalau mungkin ini jalannya, akhirnya mulai lah dia yakin dan semakin memberikan support. Sy mendapatkan pekerjaan yg lebih baik tapi dengan konsekwensi jarak yg smakin jauh. Tempat kerja yang baru berada di tanah luwu dan ini cukup jauh jika menempuhnya dengan perjalanan darat, beruntungnya di tmpat yg baru tetap ada jaringan kominikasi sehingga kendala LDR bisa sedikit teratasi. Eiiitsss, ujiannya ternyata tak brakhir sampai dsini. Dia akhirnya membongkar kegalauannya selama ini, dia jujur hampir dihalalkan oleh 2 orang. Semakin tercambuklah sy untuk menyegerakannya, dan efeknya semakin mantaplah sy berjuang bersamanya untuk kata "SAH". 

Sy berjuang mengumpulkan UANG PANAIK yg menjadi tradisi masyarakat sulawesi selatan. Sedikit demi sedikit sy mulai menghitung dan mengumpulkan, tapi semakin dihitung dan semakin dikumpulkan sy merasa semakin berat dan semakin jauh dari kata cukup. Semua menjadi tak semudah yg saya bayangkan untk mncapai kata "SAH" dihadapannya, tapi perjuangan tetap kulanjutkan. Sampai akhirnya ada titik dimana sy kembali mendapat tantangan dri pria lain yg siap menghalalkannya,, tapi sy pun sudah mulai merasa siap jadi kali ini sy tak mau mengalah seperti yg lalu-lalu. Kembali kuyakinkan dia kalau sy akan memenuhi janji datang kepadanya, selanjutnya saat kami berdua telah mantap dan yakin, ujian lain pun datang. "KELUARGA", iya karna menikah bukan hanya tentang sy dan kamu kemudian semua selesai tetapi mngenai mempersatukan dua keluarga bsar yg bisa saja memiliki pemahaman yang berbeda. Betul saja, orang tuaku merasa sering ragu untuk melangsungkan pernikahan anaknya yg ckup jauh dan tentunya butuh banyak biaya. Tapi disinilah tugasku sebagai seorang anak yg sudah yakin, sy berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan kedua orang tuaku beserta keluarga besar. 

Hampir semua orang yg tau rencana baik ini langsung berfikir  menjurus ke kata "JAUH" dan itu menyebabkan semakin berat bebanku untuk meyakinkan keluarga. Tak hanya itu, keluarga dari pihak perempuan pun pasti memiliki keraguan dengan rencana dan keyakinan kami. Berbulan-bulan sy yakinkan kedua orang tua sy untuk yakin kalau inilah kehendak Allah SWT, sampai kedua orang tuaku mulai luluh tetapi tetap nampak cemas dan ada keraguan di dalamnya. Sampailah saat dimana kami sepakat untuk mempertemukan perwakilan keluarga kami via telfon, kupikir jalannya akan mulus karna ini adalah rencana baik. Tapi ternyata tak selamanya seperti itu, keluargaku dan keluarganya mulai membicarakan hal-hal yg lebih detail dan ternyata itu tak semudah yg kupikirkan. 

Setelah "UJIAN" mmpersatukan keluarga selesai, ternyata ada "UJIAN" selanjutnya yg mmbuat kami menjadi lbih sensitif sehingga sering terjadi cek-cok diantara kami. Terkadang sy melamun dan bertanya di dalam hati, yakinkah sy dengan calon pendamping hidup ku ? Haruskah sy melanjutkannya atau saya mundur ? Kok dia tiba-tiba menjadi sosok yg berbeda dibandingkan yg sy kenal selama ini, bisakah sy habiskan sisa hidupku bersamanya ?? keraguan kembali datang. Tapi sy berusaha menepis keraguan itu, sy mencoba tetap yakin dengan niat baik ku. 

Semakin mendekati tujuan, semakin berat pula ujiannya. Tapi dari ujian-ujian itu ternyata ada hikmah dibaliknya,, rejeki terselip diantara ujian-ujian itu yg mmbuat sy awalnya merasa terus kurang akhirnya mulai terasa tercukupi. Sampailah kami di titik bebrapa hari menjelang akad, berangkatlah sy untk menunaikan janjiku bersama kluarga. Sampai di tanah Papua untuk kali pertama dan dihadapkan dengan cuaca hujan sepanjang hari. Sy beserta kluarga mulai merasa kelelahan dan drop di malam sebelum akad nikah. Kupikir berat betul jalannya untuk meraih Ridho Allah SWT, tpi kupikir lg tdk boleh kalah. 

Hari-H pun tiba, kupikir semua akan berjalan baik. Ternyata "UJIAN" lain datang menghampiri, cerita dimana rakyat Papua marah karena masalah diskriminasi Ras ikut berdampak pada kami,, 1 jam menjelang AKAD kami dihadapkan dengan situasi dimana terdapat issu akan terjadinya demonstrasi besar yg bisa jadi membuat kami tidak dapat melintas menuju kerumah mempelai wanita. Yaahh, bayangkan sja bagaimana perasaan saya waktu itu. Sy berusaha tetap tenang walaupun di dalam hati semua bercampur aduk jd satu. Disamping mengkhawatirkan keselamatan keluarga, sy jg mengkhawatirkan proses AKAD yg akan berlangsung, mengkhawatirkan jikalau tak diminta terjadi kekacauan akibat demonstrasi.

 Jantung berdebar kencang seakan mau melompat dari dada,, fikiran tak karu-karuan sampai keadaan fisik mnjadi drop. Semua sy lalui dengan memohon agar segala sesuatunya dilancarkan oleh Allah SWT, sampai akhirnya ijab kabul terucap dan diikuti sahutan kata SAH. Kamipun akhirnya dipersatukan dalam sebuah ibadah pernikahan untuk meraih Ridho Allah SWT. 

ALHAMDULILLAH perjuangan dan pengorbanan kami selama 8 tahun akhirnya terbayar bahagia, tapi ini bukanlah akhir melainkan awal baru bagi kami. Kami bersyukur diberikan rejeki oleh Allah SWT yg bukan hanya dalam bentuk materi tapi jg dalam bentuk lainnya yg tak pernah kami duga sebelumnya termasuk teman-teman dan orang-orang yang ada di sekeliling kami.

11-11-2011 s.d 11-11-2019